Kamis, 10 Desember 2009

ASKEP ASMA

ASMA

DEFINISI.

Asma disebut juga sebagai reactive air way disesase (RAD) , adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme, inflamasi, dan peningkatan reaksi jalan nafas terhadap berbagai stimulan.

PATOFISIOLOGI.

· Asma pada anak terjadi pada penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritan dan stimulan lain.

· Dengan adanya bahan iritan atau allergen otot-otot bronchus menjadi spasme dan zat antibodi tubuh muncul (IgE) dengan adanya alergi . Ig E muncul pada reseptor sel mast yang menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya. Mediator tersebut akan memberikan gejala asma.

· Respon asma terjadi dalam 3 tahap ;

Pertama Immediate yang ditandai dengan Bronchokonstriksi (1 –2 jam),

Tahap Delayed dimana bronchokonstriksi dapat berulang dalam 4 – 6 jam dan terus menerus 2 –5 jam lebih lama.

Tahap late, yang ditandai dengan peradangan dan hiper responsif jalan nafas beberapa minggu atau bulan.

· Asma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan udara dindin.

· Selama serangan asmatik , bronchiolus menjadi meradang dan peningkatan sekret mukus . Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengka, kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres pernafasan.

· Anak yang mengalami asma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekhalasi pada alveoli dan perubahan pertukaran gas. Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian menjadi tidak adekuat ventilasi dan saturasi O2 sehingga terjadi penurunan p O2 (hypoksia). Selama serangan asmatik , C02 tertahan dengan meningkatnya resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi dengan meningkatnya pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar C02 dalam darah.

KOMPLIKASI.

· Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas

· Chronic persisten bronhitis

· Bronchitis

· Pneumonia

· Emphysema

Etiologi

· Faktor ekstrinsik, reaksi antigen antibodi, karena inhalasi alergan ( debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

· Faktor intrinsik, infeksi : para influensa virus, pneumonia, mycoplasmal, kemudian dari fisik ; cuaca dingin, perubahan temperatur. Iritan kimia; kimia.

Polusi udara ( C0, asap rokok, parfum). Emosional ; takut, cemas dan tegang. Aktifitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

Manifestasi klinik

· Wheezing

· Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesoris pernafasan cuping hidung, retraksi dada, dan stridor.

· Batuk kering ( tidak produktif) karena sekresi kental dan lumen jalan nafas

· Tachypnea, ortopnea

· Gelisah

· Diaphorosis

· Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdommen dalam pernafasan

· Fatique

· Tidak toleran terhadap aktifitas; makan, bermain, berjalan bahkan bicara.

· Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran

· Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior ( barrel chest)

· Serangan yang tiba-tiba atau berangsur-angsur

Pemeriksaan diagnostik

· Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik

· Foto rontgen

· Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofil biasanya meningkat dalam darah atau sputum.

· Pemeriksaan alergi

· Pulse oximetry

· Analisis gas darah

Jika diagnosisnya masih meragukan atau jika dirasakan sangat penting untuk mengetahui faktor pemicu terjadinya asma, maka bisa dilakukan bronchial challenge test

.

Penatalaksanaan Terapeutik.

· Serangan akut dengan oksigen nasal atau masker.

· Terapi cairan parenteral.

· Terapi pengobatan sesuai program.

agonis reseptor beta-adrenergik, merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga


bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik.
bronkodilator yang yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik (misalnya adrenalin), menyebabkan efek samping berupa :

· denyut jantung yang cepat,

· gelisah,

· sakitkepala

· dan tremor(gemetar) otot.

Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta2-adrenergik (yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru), hanya memiliki sedikit efek samping terhadap organ lainnya. bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor-beta-adrenergik.

Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya berlangsung selama 4-6 jam.
bronkodilator yang lebih baru memiliki efek yang lebih panjang, tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat ini lebih banyak digunakan untuk mencegah serangan. Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang dihirup)dan sangat efektif.
penghirupan bronkodilator akan mengendapkan obat langsung di dalam saluran udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat menjangkau saluran udara yang mengalami-penyumbatan-berat.
Bronkodilator per-oral (ditelan) dan suntikan dapat menjangkau daerah tersebut, tetapi memiliki efek samping dan mula kerjanya cenderung lebih lambat.
jenis bronkodilator lainnya adalah teofilin.
teofilin biasanya diberikan per-oral (ditelan); tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet dan sirup short-acting sampai kapsul dan tablet long-acting.
pada serangan asma yang berat, bisa diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah).
Jumlah teofilin di dalam darah bisa diukur di laboratorium dan harus dipantau secara ketat, karena jumlah yang terlalu sedikit tidak akan memberikan efek, sedangkan jumlah yang terlalu banyak bisa menyebabkan irama jantung abnormal atau kejang.
pada saat pertama kali mengkonsumsi teofilin, penderita bisa merasakan sedikit mual atau gelisah. kedua efek samping tersebut, biasanya hilang saat tubuh dapat menyesuaikan-diri-dengan-obat.
pada dosis yang lebih besar, penderita bisa merasakan denyut jantung yang cepat atau palpitasi (jantung berdebar). juga bisa terjadi insomnia (sulit tidur), agitasi (kecemasan,ketakuatan),muntah,-dan-kejang.


Kortikosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi gejala asma. jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap kortikosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan.
tetapi penggunaan tablet atau suntikan kortikosteroid jangka panjang bisa menyebabkan:
- gangguan proses penyembuhan luka
- terhambatnya pertumbuhan anak-anak
- hilangnya kalsium dari tulang
- perdarahan lambung
- katarak prematur
- peningkatan kadar gula darah
- penambahan berat badan
- kelaparan
- kelainan mental.

Tablet atau suntikan kortikosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk mengurangi serangan asma yang berat.
untuk penggunaan jangka panjang biasanya diberikan inhaler kortikosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru 50 kali lebih banyak dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya.

Kortikosteroid per-oral (ditelan) diberikan untuk jangka panjang hanya jika pengobatan lainnya tidak dapat mengendalikan gejala asma.

kromolin dan nedokromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara. obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan.
obat ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk asma karena olah raga. obat ini sangat aman, tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita bebas gejala.

obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin. lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta2-adrenergik.

pengubah leukotrien (contohnya montelukas, zafirlukas dan zileuton) merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan asma. obat ini mencegah aksi atau pembentukan leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala asma).

Pengobatan untuk serangan asma
Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk membuka saluran pernafasan. obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk mengobati asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda.
Agonis reseptor beta-adrenergik digunakan dalam bentuk inhaler (obat hirup) atau sebagai nebulizer (untuk sesak nafas yang sangat berat).
nebulizer mengarahkan udara atau oksigen dibawah tekanan melalui suatu larutan obat, sehingga menghasilkan kabut untuk dihirup oleh penderita.
Pengobatan asma juga bisa dilakukan dengan memberikan suntikan epinefrin atau terbutalin di bawah kulit dan aminofilin (sejenis teofilin) melalui infus intravena.
Penderita yang mengalami serangan hebat dan tidak menunjukkan perbaikan terhadap pengobatan lainnya, bisa mendapatkan suntikan kortikosteroid, biasanya secara intravena (melalui pembuluh darah).
Pada serangan asma yang berat biasanya kadar oksigen darahnya rendah, sehingga diberikan tambahan oksigen.
jika terjadi dehidrasi, mungkin perlu diberikan cairan intravena.
jika diduga terjadi infeksi, diberikan antibiotik.
selama suatu serangan asma yang berat, dilakukan:
- pemeriksaan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah
- pemeriksaan fungsi paru-paru (biasanya dengan spirometer atau peak flow meter)
- pemeriksaan rontgen dada.


Pengobatan asma jangka panjang
Salah satu pengobatan asma yang paling efektif adalah inhaler yang mengandung agonis reseptor beta-adrenergik. penggunaan inhaler yang berlebihan bisa menyebabkan terjadinya gangguan irama jantung.
jika pemakaian inhaler bronkodilator sebanyak 2-4 kali/hari selama 1 bulan tidak mampu mengurangi gejala, bisa ditambahkan inhaler kortikosteroid, kromolin atau pengubah leukotrien.
jika gejalanya menetap, terutama pada malam hari, juga bisa ditambahkan teofilin per-oral.

PENCEGAHAN

Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari.
serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum melakukan olah raga


Diagnosa Keperawatan.

1. Inefektif Bersihan Jalan Nafas.

2. Inefektif perfusi jaringan.

3. Kurang Pengetahuan

4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

5. Cemas

DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansyoer, 1999, Kapita Selekta Kedokteran. Media Aeskulapius FKUI Jakarta

Doenges Malilynn E, 1999.Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. EGC, Jakarta

Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 .EGC, Jakarta.

Nanda 2001- 2002, Nursing Diagnosis : Definitions & Classification, Philadelphia.USA.

Suriadi, 2001, Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I , Sagung Seto, Jakarta.

……..jurnal ASMA 2004.